Jumat, 26 Agustus 2011

Perhitungan Optimis dan Pesimis dalam Anggaran Keuangan Pribadi Atau Keluarga

Dalam buku "Millionare Next Door", Danko dan Stanley telah menyatakan bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa orang kaya meluangkan waktunya untuk membuat dan memeriksa anggaran dua kali lebih banyak daripada orang biasa. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan anggaran keuangan untuk pribadi ataupun keluarga merupakan salah satu proses yang penting dalam mengelola keuangan kita.

Namun, karena dalam pembuatan anggaran kita mesti memperkirakan masa depan, terkadang kita tidak tahu pasti berapa pendapatan ataupun berapa pengeluaran untuk salah satu bidang. Terkadang kita hanya bisa memperkirakan dalam satu rentangan nilai. Misalkan saja kita tidak tahu harga pasti dari Paket Liburan yang hendak kita beli untuk liburan Desember nanti. Namun kita bisa memperkirakan bahwa harganya sekitar Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 per orang. Nah, dalam artikel kali ini, kita mempelajari mengenai cara untuk memasukan nilai-nilai seperti ini ke dalam anggaran kita.

Perhitungan Pesimis Digunakan Untuk Anggaran Pendapatan

Misalkan saja Bu Tini bekerja sebagai designer part time dari perusahaan baju. Bayarannya dihitung berdasarkan jumlah design yang diterima. Untuk setiap design, Bu Tini menerima sekitar Rp. 100.000,-. Setiap minggu Bu Tini membuat 10 design, dan biasanya perusahaannya menerima sekitar 30%-50% dari design Bu Tini.

Sekarang mari kita hitung perkiraan pendapatan Bu Tini per bulannya. Setiap minggu Bu Tini membuat 10 design, kita asumsikan dalam sebulan terdapat 4 minggu, jadi per bulan Bu Tini membuat 40 design. Perusahaan menerima sekitar 30% hingga 50% dari design Bu Tini, dengan kata lain jumlah design yang diterima adalah sekitar 12 hingga 20 design. Dengan dikalikan Rp. 100.000,-, maka kita mendapatkan bahwa perkiraan penghasilan bulanan Bu Tini adalah Rp. 1.200.000,- hingga Rp. 2.000.000,-.

Nah, dalam membuat anggaran untuk pendapatan seperti ini, Bu Tini harus mempergunakan perhitungan pesimis. Artinya? Dalam rentangan hasil perhitungan (Rp. 1.200.000,- hingga Rp. 2.000.000), Bu Tini mengambil angka yang paling KECIL untuk dimasukkan ke dalam anggarannya. Dalam hal ini, dalam anggaran Bu Tini tercantum bahwa pendapatan bulanannya adalah Rp. 1.200.000.

Mengapa kita mengambil angka yang paling kecil dalam anggaran pendapatan kita? Tujuannya adalah agar dalam merencanakan belanja, kita membuat rencana yang tidak membelanjakan lebih dari Rp. 1.200.000.

Bagaimana kalau ternyata pendapatan bulan ini adalah Rp. 2.000.000? Sementara kita hanya membuat rencana belanja Rp. 1.200.000? Nah, kalau ini sampai terjadi artinya Bu Tini memiliki uang lebih sebanyak Rp. 800.000. Uang ini bisa ditabung atau digunakan untuk keperluan lain.

Di sisi lain, apabila Bu Tini menuliskan pendapatan Rp. 2.000.000 pada anggarannya, dan membuat anggaran belanja sebesar Rp. 2.000.000,- juga. Bu Tini akan kelabakan apabila ternyata penghasilannya pada saat itu Rp. 1.200.000,-. Terjadi kekurangan uang sebesar Rp. 800.000,-. Dan kalau kekurangan ini terjadi pada pos pengeluaran yang penting, maka mau gak mau Bu Tini harus berhutang atau menjual assetnya untuk menutupi biaya tersebut.

Jadi dalam pembuatan anggaran pendapatan dan pengeluaran pribadi ataupun keluarga, kita perlu menyadari bahwa prinsipnya lebih baik terjadi kelebihan uang daripada kekurangan uang. Untuk mencegah agar tidak terjadi kekurangan uang, maka untuk memperkirakan pendapatan kita menggunakan perhitungan pesimis. Ambilah angka yang paling kecil.

Perhitungan Optimis Digunakan Untuk Anggaran Biaya

Biaya masuk Universitas X didasarkan pada nilai yang diperoleh calon mahasiswa pada saat ujian masuk. Untuk Grade A, biaya masuknya adalah Rp. 5.000.000, untuk Grade B, biaya masuknya adalah Rp. 7.000.000,-, untuk Grade C biaya masuknya adalah Rp. 9.000.000,- sementara untuk Grade D biaya masuknya adalah Rp. 11.000.000,-. Anak dari Pak Hasan akan memasuki Universitas X pada tahun mendatang. Berapakah jumlah uang yang harus disiapkan oleh Pak Hasan dengan asumsi tidak ada peningkatan biaya masuk Universitas X?

Nah, kebalikan dari anggaran pendapatan, untuk memperkirakan biaya kita harus mempergunakan perhitungan optimis. Ambilah nilai yang paling BESAR. Dalam kasus diatas, jawabannya sederhana. Pak Hasan harus menyediakan uang sebesar Rp. 11.000.000,- untuk uang masuk ke Universitas X.

Sekarang pertanyaannya, apabila Pak Hasan sudah menyediakan uang sebesar Rp. 11.000.000,-, dan ternyata anaknya lulus ujian masuk dengan grade A. Apa yang terjadi? Tidak ada masalah. Sang anak berhasil menghemat biaya masuk kuliah sebesar Rp. 6.000.000,-. Uang ini bisa dialokasikan untuk keperluan lainnya. Pak Hasan bisa saja membelikan hadiah sebagai reward kepintaran anaknya.

Di sisi lain, bagaimana jika Pak Hasan hanya menyediakan uang sebesar Rp. 5.000.000,- lalu ternyata anaknya hanya mendapat Grade D dalam ujian masuk Universitas X? Disini baru terjadi masalah. Uang Pak Hasan tidak cukup untuk membayar uang masuk universitas. Biasanya masalah seperti ini diselesaikan dengan cara berhutang, mejual asset, atau mencari universitas lain. Dalam kasus terburuk, sang anak tidak jadi kuliah. Tentunya kita semua tidak ingin hal ini sampai terjadi.

Kembali ke prinsip pembuatan anggaran tadi, lebih baik terjadi kelebihan uang daripada kekurangan uang. Dalam perhitungan biaya atau pengeluaran kita harus menggunakan cara optimis. Ambilah perkiraan biaya yang paling tinggi. Dengan cara seperti ini kita akan terhindar dari masalah keuangan.

Sekian artikel dari saya untuk kesempatan kali ini. Semoga dapat berguna untuk pengelolaan keuangan Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar